Kalimas di Plampitan
Panorama Sungai Kalimas sepanjang Jalan Plampitan (kini Jl Ahmad Jais).
Plampitan adalah kampung di kota Surabaya. Kata pelampitan berarti
perajin lampit (tiar rotan). Dahulu kampung ini punya industri rumah
tangga pelampitan. Jalan Plampitan sebelah kanan melewati Jalan Makam
Peneleh dan Jembatan Peneleh.
Kalimas dilintasi perahu gaya gondola Venesia. Di latar belakang
terlihat gedung ANIEM (kini PLN) yang dibangun pada tahun 1930. Di
sebelah kanan dari kantor ANIEM terlihat pom bensin BMP yang terletak di
ujung utara Jl Gemblongan. Di belakang itu terlihat kompleks
pertokoan/perkantoran dengan 4 menara putih yang dibangun pada tahun
1920. Di sebelah kanan dari kompleks tersebut terlihat gedung putih
bergaya Art Deco yang simetris yaitu gedung Singer yang terletak di
Alun-alun Contong.
Masjid Kemayoran
Nuts Spaarbank
Societeit Concordia
Broederschool
Simpangsche Societeit
Kramat Gantung
Masjid Kemayoran
Masjid ini terletak di Jl. Indrapura dan hingga kini masih ada dan
berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam. Menurut sejarah, masjid
tersebut merupakan hadiah dari Gubernur Hindia Belanda untuk pemeluk
agama Islam di Surabaya. Hal itu tertulis di bagian atap (yang kemudian
juga ditulis lagi dalam prasasti) dengan menggunakan tulisan Jawa. Kala
itu Bupati Negeri Soerabaia adalah Tumenggung Kromojoyodirono
(1772-1776).
Masjid Kemayoran pun
berkembang. Kini di komplek itu juga terdapat sekolah Ta`miriyah yang
didirikan KH. Abdul Manab Murtadho sebagai ketua Ta`mir Masjid Kemayoran
Surabaya.
Terlepas dari sengketa yang
kini terjadi--pengurus berebut hak atas Yayasan Ta’miriyah-- lembaga
pendidikan formal maju pesat dengan jenjang pendidikan mulai Taman
Kanak-Kanak (TKI), Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Ta`miriyah. Selain itu, juga mengelola
pendidikan non-formal yang telah berjalan dengan baik, seperti TPA,
Jam`iyah Tahsin Liqiro`atil Qur`an dan lembaga pendidikan Bahasa Arab
(LPBA).
Lindeteves Stokvis
Jika melihat gedung pada foto di atas, sebagai warga Surabaya tentu
bisa menebak-nebak. Foto tersebut adalah gedung yang kini digunakan oleh
Bank Mandiri di jalan Pahlawan. Pada masa lalu, gedung ini digunakan
oleh N.V Lindeteves-Stokvis yang merupakan satu di antara lima
perusahaan konglomerat Belanda.
Di
Surabaya NV. Lindeteves-Stokvis adalah cabang dari perusahaan yang
berkedudukan di Semarang. Bisnisnya dibidang konstruksi baja membuat
pihak Jepang menjadikan gedung di jalan Pahlawan ini bengkel perbaikan
peralatan perangnya dimasa pendudukan Jepang tahun 1942 – 1945.
Gedung ini dibangun pada tahun 1911. Perancangnya adalah biro arsitek
Hulswit, Fermont dan Ed. Cuypers dari Batavia (Jakarta). Dengan menara
"Jam " nya yang sangat tinggi, gedung tersebut menjadi "Landmark" bagi
lingkungan sekitarnya.
Jika menengok ke zaman Jepang, pada
zaman Jepang Gedung ini disebut sebagai Kitahama Butai, pada tanggal 12
September 1945 diserbu arek arek Suroboyo dibawah pimpinan Isa Edris dan
Suprapto.Nuts Spaarbank
Gedung ‘Nederlands Sparbank’ atau disebut juga ‘Nuts Spaarbank’
terletak di pojokWillemskade dan Roomschkerkstraat (sekarang Jl.
Jembatan Merah dan Jl. Cendrawasih).
Gedung tersebut didirikan pada tahun 1914. Perancangnya atau arsiteknya
adalah Fritz Joseph Pinedo (seorang keturunan Portugis Brasil). Sampai
sekarang gedung tersebut masih dalam kondisi baik, digunakan oleh Bank
Internasional Indonesia (BII).
Pada
Mei 1833, tercetus ide untuk mendirikan sebuah Bank Tabungan untuk
Umum, mengingat pada saat itu pemerintah Belanda sudah stabil, terutama
dibidang ekonomi dan keuangan. Ide ini ditangani oleh Maatschappij Tot
Nut Van Het Algemente yang berkedudukan di Amsterdam. Nuts Spaarbank ini
merupakan satu- satunya Bank Tabungan Umum di kota Surabaya pada waktu
itu. Societeit Concordia
Societeit Concordia dibangun pada tahun 1860 di sebuah jalan yang lalu
diberi nama Jalan Sositet (Societeitstraat). Kini namanya Jalan Veteran.
Gedung tersebut adalah sejenis Club House. Concordia adalah sebuah club
untuk elite kolonial. Pada 1917 club Concordia pindah ke Sositet baru
di Jalan Simpang (Balai Pemuda) lalu gedung ini direnovasi berdasarkan
disain arsitek Cornelis Citroen (1881-1935). Setelah 1917 gedung menjadi
kantor BPM (Batavia Petroleum Maskapai). Saat ini masih berfungsi
sebagai kantor Pertamina.
Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi
GEDUNG Raad van Justitie (Pengadilan Tinggi) di Zaman Belanda, di Jalan
Pahlawan (Alun-alun Straat) pada perayaan HUT Ratu Wilhelmina tanggal
31 Agustus 1935. Acara karnaval dan pawai disaksikan rakyat yang
berjubel di sepanjang jalan, viaduk jalan-jembatan perlintasan kereta
api, bahkan sampai ke puncak gedung kantor Gubernur Jawa Timur di
seberangnya.
Gedung yang dibangun tahun 1890 oleh arsitek M.J. Hulswitt itu awalnya
hanya diperuntukkan bagi peradilan orang – orang kulit putih dan timur
jauh saja, sedang orang pribumi memiliki sistem peradilan sendiri.
Gedung ini nampak indah dan gagah pada masanya dengan pilar bergaya indische empire yang saat itu sedang tren. Tren pilar indische empire ini sama persis dengan yang kita lihat di Istana Merdeka saat ini.
Gedung
ini menghadap ke timur atau persis berseberangan dengan kantor Gubernur
Jatim saat ini. Pada zaman Jepang, gedung ini berubah fungsi menjadi
Markas Polisi Militer (Kenpetai) dan sekarang sudah hancur. Kini, di
atas lahan ini berdiri kokoh kompleks Tugu Pahlawan untuk memperingati
peristiwa heroik 10 November 1945.
Restoran Simpang
Simpang Restaurant berdiri sejak tahun 1920-an. Letaknya di perempatan
Simpang-Palmenlaan (kini Jl Gubernur Suryo- Jl Pemuda). Restoran ini
menjadi salah satu bagian dari pusat belanja tempo dulu. Kemudian, pada
tahun 1930-an direnovasi menjadi kompleks bioskop. Disini terdapat dua
bioskop Maxim dan Sky dan sebuah tempat dansa bernama Gaieté dan kelab
malam Cercle Hellendoorn. Lalu ada macam-macam toko, antara lain sebuah
toko es dan toko bunga ‘Myrtha’. Sekarang gedung bioskop Maxim dan Sky
sudah terbakar dan runtuh.
Kini, meski wilayah ini menjadi
salah satu pusat keramaian di Surabaya tapi bisa dikatakan ‘mati suri’.
Bangunan mulai eks-Ayam Goreng Pemuda hingga Eks-Bioskop Indra tak
berpenghuni. Tak adanya lahan parkir, membuat kawasan ini sulit
dijadikan lokasi bisnis maupun perkantoran. Broederschool
Gedung ini terletak di Coen Boulevard 5. dengan nomer tilpun Z.1329,
sekarang SMU St. Louis di Jl. Dr. Soetomo. Dibangun tahun 1923, dengan
arsiteknya Hulswit, Fermont & Ed. Cuypers dari Weetenreden Batavia.
Sebelumnya digunakan sebagai Markas Surabaya Syuu Tokubetsu Keisatsutai
atau Pasukan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya.
Pada
tahun 1943 digunakan untuk Markas Polisi Istimewa yang dipimpin M.Yasin.
Pada tanggal 20 Agustus 1946 di gedung ini terjadi penurunan
benderaHinomaru yang diganti dengan bendera Merah Putih dan diteruskan
pengambilalihan persenjataan oleh anggota Polisi Istimewa dari tangan
Jepang. Pada tahun 1949, gedung ini digunakan untuk Markas Brimob,
selanjutnya pada 1 Agustus 1951 mulai dipakai untuk SMA Katolik St.
Louis I yang dikepalai oleh Bruder Aloysius (Kwanda 107).
Pasar Pabean
Bagi masyarakat Surabaya, Pasar Pabean dikenal sebagai salah satu pusat
perkulakan rempah dan bahan pangan di kawasan Surabaya Utara. Tapi ada
juga yang mengatakan, pasar tradisional yang sudah berdiri sejak tahun
1918 ini populer sebagai pasar ikan asin terbesar di Surabaya.
Pasar ini, sesuai namanya terletak di kecamatan Pabean Cantikan,
Surabaya. Di sini, kita bisa menemui ribuan pedagang ikan asin dari
berbagai daerah, diantaranya Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto, yang
menjajakan barang dagangannya di kurang lebih 1.500 stan.
Bicara
ikan asin yang paling banyak dicari, ikan asin bloso, moto ombo, ikan
asin daduk, ikan asin kelotok, atau jambrong menjadi favorit. Di tengah
menjamurnya pusat belanja moderen saar ini, Pasar Pabean cukup eksis
karena jenis dagangannya sangat segmented, yaitu ikan asin hingga ikan
segar baik laut maupun air tawar.
Trem Listrik
Dulu di Surabaya pernah ada trem. Bahkan unik tremnya ada 2 jenis,
yaitu trem uap dan listrik. Dalam foto di atas tampak moda transportasi
trem listrik di daerah Sikatan yang pensiun tahun 1971. Trem listrik
muncul karena saat itu trem uap dinilai menyebabkan polusi yang sangat
besar.
Untuk
mencari sisa trem listrik saat ini agak rumit. Mungkin sisa trem
listrik yang bisa dilihat agak jelas adalah bekas pengait kabel arus
listrik untuk penggerak tram di bawah viaduct Pasar Besar di jalan
Pahlawan, dekat eks- bioskop Surabaya 21. Selain itu jalurhijau di jalan
utama menuju pelabuhan Tanjung Perak dulunya adalah jalur trem listrik.
Namun sayangnya bekas bengkel trem listrik yang terletak di ujung barat
jalan Tidar, di daerah Sawahan nyaris tidak tersisa. Simpangsche Societeit
Didirikan pada 1907, gedung di tengah kota Surabaya itu tadinya dikenal
sebagai Simpangsche Societeit atau Simpangsche Club. Orang menyebut
Rumah Kamar Bola atau Bioskop Londo karena digunakan sebagai tempat
hiburan.
Simpangsche Societeit dibangun
oleh arsitek Westmaes dengan perhitungan sangat cermat. Kubah
Simpangsche Societeit ini mirip mahkota ratu Belanda. Di gedung itu juga
ada tulisan pribumi dilarang masuk. Ada tulisan: VERBODEN VOOR
INLANDER! Artinya, dilarang masuk untuk kaum inlander, pibumi.
Setelah Belanda hengkang,1945 Simpangsche Societeit berganti nama
menjadi Balai Pemuda. Fungsinya sebagai tempat kongkow-kongkow, hiburan,
masih dipertahankan. Gelar musik merupakan agenda tetap.
Dalam
perjalanan waktu, peranan Balai Pemuda sebagai pusat kegiatan seni
surut. Pada 1980-an, lebih-lebih 1990-an, Balai Pemuda pelan tapi pasti
beralih fungsi. Kini, eks-bioskop Mitra yang sudah bangkrut akan disulap
menjadi Gedung Kesenian Surabaya. Sayangnya, mesti bangunan sudah
direnovasi, baru 2012 nanti dioperasionalkan.Kramat Gantung
Jalan Kramat Gantung yang terletak di antara Jalan Pahlawan, Pasar
Besar & Gubenuran (daerah alun alun contong) sekitar tahun 1940-an
sudah digunakan sebagai pusat bisnis warga Surabaya. Para pedagang,
memanfaatkan area di bawah rindangnya pohon di kanan-kiri jalan untuk
menggelar dagangannya.
Bahan makanan,
hasil pertanian, peralatan bercocok tanam dan peralatan rumah tangga
menjadi beberapa jenis barang yang dijual. Ada pula, rumah di sekitar
kawasan itu yang menjadi warung makan.
Saat ini Jalan Kramat Gantung sudah penuh ‘ditanami’ bangunan pertokoan
modern. Toko karpet, plastik dan busa mendominasi kawasan bisnis
tersebut. Macet menjadi ciri khasnya kini. Pasalnya, kawasan ini selalu
ramai dengan aksi bongkar muat dari truk yang mengangkut karpet dan
busa.
Kadang terjadi antrean yang
cukup panjang dan itu berdampak pada kondisi lalu lintas di Jalan
Pahlawan dan Jalan Pasar Besar. Apalagi, dari dua jalur yang ada hanya
satu lajur yang digunakan. Lajur satu digunakan untuk parkir kendaraan
pembeli maupun truk pengangkut.